Breaking News
Follow us:
Sejarah

Nagari kapa bermula dari sejarah kehidupan dua insan yang tinggal berdampingan, yang perempuannya tinggal di areal guguak (bukit) dan yang laki-laki di lembah guguak. Dalam sejarah dikatakan siperempuan adalah adik kandung dari Tuangku Nan Pengka yang datang menyusul dari Cacang Tiku.

Sang putri pada mulanya tinggal di Kerajaan Daulaik Parik Batu,dan ketika dia di nobat menjadi dayang beberapa saat kemudian sang raja memindahkan sang dayang ke sebuah  yang bernama  guguak Bunga Satangkai,

Lama kelamaan datanglah seorang raja yang bernama Raja Malin Pinang dari daerah tiku dengan kapal menyusuri sebuah sungai melalui laut samudra, dengan rencana untuk

meminang Puti yang berdiam di guguak Bungo Satangkai, dalam perjalanan raja melihat sebuah Guguak dan menghampirinya.

Setelah raja malin pinang bertemu dengan sang puti dan hendak menyampaikan hajatnya namun mereka mengadu kesaktian dengan saling memperlihatkan ilmu gaibnya,sang puti menghidangkan makanan terhadap sang raja, namun hidangan tersebut tidak sempat di makan sang raja di karenakan tangan sang raja lekat dalam cawan pembasuh tangan. Dengan rasa kecewa sang raja kembali kekapal dengan tujuan hendak kembali ke kampung halaman, namun sesampai di tambatan kapal, terlihat kapal sudah berubah menjadi batu karang dan dinamakanlah Lubuak Batu Karang. Selanjutnya sang raja menuju kearah laut dengan maksud hendak pulang ketiku, dengan menyeret tongkatnya raja mengeluarkan kesaktian dan seluruh yang dilalui oleh tongkat sang raja berubah menjadi sungai dan dinamakanlah Sungai Batang Kapa. Sang puti merasa kurang puas bahkan ia menghanyutkan sehelai Bingkalai lapiak (tikar) untuk menguji sampai dimana kehebatan tongkat sang raja. Rupanya raja mematok tongkatnya di suatu tempat yang mana sampai disitu pulalah lapiak sang puti berhenti berlayar dikarenakan tersangkut oleh tongkat sang raja, bahkan dengan tersangkutnya lapiak tersebut menumpuklah sampah sampah yang menggunung seperti berbentuk kapal yang bahasa kampungnya sarok dan dinamakan tempat tersebut Kampung Kapa Sarok.

Alkisah dari cerita laki-laki yang diam dilembah guguak dengan nama daerahnya koto dalam,lama kelamaan kawinlah Puti Bungo Satangkai dengan laki-laki yang ada di koto dalam dan mereka merencanakan untuk membuat sebuah kerajaan kecil. Dibawah

kerajaan Daulat Yang Dipertuan Parit Batu dipanggillah orang-orang yang ada di koto lua seperti :

  1. Dt. Majo Basa di Durian Tuga
  2. Dt. Jalelo di Malasiro
  3. Dt. Tan kabasaran di sungai Pigugua Ilia
  4. Dt. Bungsu di Sungai Pigugua Mudiak

Bersidanglah mereka disebuah pulau kecil ditengah air ( sungai ). Pulau tersebut diberi nama Kapa  yang diatas pulau tersebut ditumbuhi sebatang Pudiang pada saat sidang untuk mencari Pucuak Pimpinan dan Gelar Pucuak Pimpinan, maka pada saat itu berbicaralah seorang laki-laki yang tinggal di koto dalam tadi ditengah-tengah persidangan, saya yang akan menjadi Pucuak Pimpinan dengan Gelar Gampo Alam.Pada saat itu tergoyanglah pulau  yang bernama kapa tadi seolah-olah di goyang gempa, disinilah di ambil asal kata kapa lubuak pudiang dan gelar sako Gampo Alam terbentuklah kerajaan kecil pada saat itu. Pada saat itu sidang pimpinan oleh istri dari Gampo Alam yang bernama Puti Bungo Satangkai maka selain itu juga ada yang dinamakan Ampek Pananai Sako ( Induak Nan Barampek di dalam ) dan juga disebut Basa yakni :

  1. Rajo Mahmud
  2. Jando Lela
  3. Rangkayo Mudo
  4. Sutan Ameh

Dari dahulu sampai sekarang Ampek Pananai Sako sudah ada di koto dalam hidup berdampingan bersama Puti Bungo satangkai dan mempunyai kampuang masiang- masiang, Rajo Mahmud yang diberi nama Lubuak Batang, Jando Lela berkampung yang diberi nama Lubuak Sianok, Sutan Ameh berkampung diberi nama Kapa Sarok dan Rangkayo Mudo berkampung di beri nama Kampuang Alang. Selain yang Ampek Pananai Sako ( Ampek di dalam ) juga ada Ampek Panyambah Tuah ( Induak Nan Barampek di Lua ) yang barado di koto lua dan masing-masing bergelar Datuak yakni :

  1. Dt. Majo Basa
  2. Dt. Jalelo
  3. Dt. Tangka Basaran
  4. Dt. Bunsu

Dari dahulu sampai sekarang Ampek Panyambah Tuah ( Induak Nan Barampek di lua ) mempunyai kampung masing-masing. Datuak Tangka Basaran berkampung yang diberi nama Sungai Pigugua hilia, Dt. Majo Basa berkampung yang diberi nama Durian Tuga, Dt. Jalelo berkampung yang diberi nama malasiro dan Dt. Bungsu berkampung yang diberi nama Sungai Pigugua Mudiak, selain Ampek Panyambah Tuah (Ampek dilua) juga ada Perangkat Rumah Gadang (Istano) yang masing-masing bergelar.

  1. Penghulu Mudo
  2. Dt. Mudo
  3. Maindo Sutan
  4. Sutan Pamuncak

 

    1. Sutan Burahim

Dari dahulu Sampai sekarang Perangkat Rumah Gadang juga mempunyai kampung masing-masing, penghulu Mudo bertempat tinggal di Lubuak Pudiang bersama dengan Pucuak adaik Yaitu Gampo Alam dan DT. Mudo diberi nama Lubuak Sianok, Maindo Sutan diberi nama Kampung Parik, Sutan Pamuncak diberi nama Durian Hutan, Sutan Burahim diberi nama Lubuak Aguang, selain itu mamak tuo Rumah Gadang/perangkat rumah gadang  seiring berjalannya waktu kedatanganlah satu kaum dari Suku Sikumbang yang sebelumnya kaum suku sikumbang belum ada pada waktu Luhak Kapa ini dibentuk dan selain dari itu yang disebut sebagai penghulu Langgam dari Suku Tanjung yang masing-masing bergelar:

1. DT. Sampono                      (Suku Tanjung)

  1. Dt. St Majolelo                    ( Suku Sikumbang)
  2. Dt. Rangkayo Basa             (Suku Tanjung)
  3. Dt. Rangkayo Mulia            (Suku Tanjung)

Semenjak dinobatkan oleh Daulat yang dipertuan Parit Batu Pucuak Adaik Pasaman beserta Hakim atas persetujuan Gampo Alam Pucuak adaik Luhak Saparampek Kapa beserta Induak nan Barampek di dalam sampai sekarang masing-masing juga diberi kampung yaitu :

  1. DT. Sampono                                 (Kampung Pasa Paneh)
  2. Dt. St Majolelo                               (Kampung Baru)
  3. Dt. Rangkayo Basa                       (Kampung Lubuak aua Batu)
  4. Dt. Rangkayo Mulia                       (Kampung Lubuak Sariak)

Kesimpulan dari dahulu sampai sekarang Luhak Saparampek Nagari kapa di pimpin oleh Pucuak Adaik yang bergelar Gampo Alam.